TIDAK terbayang oleh kita sebelumnya bahwa akan terjadi kemajuan teknologi informasi komunikasi (TIK) yang speta-kuler dan revolusioner.
Lihat saja penemuan saluran baru telekomunikasi seperti jaringan nirkabel WI-FI berkecepatan tinggi, jaringan telepon seluler, jasa telekomunikasi untuk perumahan dan pendidikan, dilengkapi dengan flatform peranti keras yang sama sekali baru, seperti smart-phones, personal digital asistants (PDA), dan komputer laptop nirkabel yang sangat bertenaga.
Piranti-piranti berbasis TIK telah memasuki kehidupan kita sehari-hari dalam berbagai bentuk dan memicuh terjadinya revolusi dalam kehidupan umat manusia. Apa yang dulunya kita anggap tidak mungkin, dengan kemajuan dan dukungan TIK, sekarang menjadi mungkin. Penemuan ini telah mengubah cara orang bekerja, di mana mereka bekerja, dan apa yang akan mereka lakukan ketika bekerja.
Demikian juga halnya dalam bidang pendidikan. Kemajuan TIK dan kehadiran internet telah merevolusionarisasi pendidikan dan membuka cakrawala baru, khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan organisasi pendidikan dan kegiatan belajar mengajar. Dalam pengelolaan organisasi pendidikan, kemajuan TIK bukan hanya mengautomasisasi proses administrasi organisasi yang selama ini dilakukan secara manual, bahkan dapat juga untuk pengelolaan transaksi administrasi, pendaftaran peserta belajar, absensi, pengelolaan nilai dan rapor, kartu siswa, pemasaran, keuangan sekolah, sampai kepada ijazah dan monitoring alumni serta membuat laporan dan menyampaikannya kepada atasan terkait.
Instrumen pengelolaan organisasi pendidikan seperti ini disebut dengan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan (SIMP). Dengan SIMP yang berbasis TIK, layanan pendidikan baik untuk peserta belajar maupun untuk stakeholder lainnya akan lebih cepat dan berkualitas, laporan keuangan akan lebih akuntabel dan transparan, laporan organisasi akan lebih cepat dan konsisten. Di sisi lain, hal ini akan menjadi tantangan bagi kepala sekolah atau pimpinan satuan pendidikan dan juga pembuat kebijakan dalam bidang pendidikan, terutama sekali di Provinsi Riau.
Dalam proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar berkembang proses pembelajaran secara maya, yang disebut dengan e-learning, online learning, web-based training, dan lain sebagainya. Terminologi e-learning sendiri dapat mengacu pada semua kegiatan proses pembelajaran yang menggunakan media elektronik. Banyak sekolah di Riau terutama sekali di perkotaan yang sudah dilengkapi dengan sarana laboratorium komputer yang terhubung dengan jaringan internet. Laboratorium ini dapat digunakan untuk sarana belajar seperti Computer Based Learning dan memudahkan visualisasi bagi pengajaran fisika, kimia, matematika, biologi dan lain-lain.
Proses pembelajaran yang mengimplementasikan e-learning ini, memungkin para guru dan peserta belajar dapat terhubung dan mendiskusikan pelajaran-pelajaran lewat komputer yang terhubung satu sama lain yang merupakan suatu net working (net). Begitu pulang, kalau peserta belajar ingin berkonsultasi dengan guru tentang masalah apapun, itu dapat mereka lakukan lewat net. Dengan demikian, proses belajar mengajar dengan cara ini akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan di sisi lain memberikan kemudahan tersendiri baik bagi peserta belajar maupun guru dalam interaksi belajar mengajar di sekolah. Inilah proses belajar mengajar masa depan sehingga kendala ruang kelas, waktu dan jarak yang sekarang menjadi permasalahan sentral dalam proses pendidikan akan dapat teratasi.
Peranan TIK dalam perubahan proses pembelajaran berjalan terus menerus. Kini, materi yang dipelajari di kelas oleh peserta didik diputuskan oleh sang guru, sekolah serta keseluruhan sistem pendidikannya. Nanti, peserta didik dapat memilih sesuka hatinya dan menentukan sendiri materi yang akan dipelajarinya. Dengan demikian sistem pendidikan tidak dapat lagi membentuk seseorang dengan langkah-langkah yang distandarkan sekaligus menindas peserta didik sebagaimana sekarang ini. Proses pembelajaran yang bersentral pada guru akan bergeser ke pola dan bentuk pendidikan yang bersentral pada peserta didik.
Peran guru bukan lagi mengajar tetapi membuat peserta didiknya belajar. Untuk dapat melaksanakan peran ini, guru harus creator, motivator, moderator dan fasilitator, leader dan resorces bagi peserta belajarnya. Dengan mengadopsi dan mengimplementasikan TIK dalam mengelola organisasi pendidikan dan proses pembelajaran, maka akan terjadi pergeseran paradigma. Di mana paradigma pendidikan selama ini tingkat pengetahuan dan keterampilan yang konstan setelah selesai mengikuti pendidikan menjadi paradigma pengetahuan dan keterampilan yang selalu diperbarui dalam waktu relatif singkat.
Untuk itu organisasi dan sumber daya manusia dalam organisasi pendidikan tersebut harus selalu belajar. Setiap guru harus dengan cepat meng-update pengetahuan dan keterampilannya dalam menata proses belajar mengajar yang menjadi tanggung jawabnya sebagai guru. Dengan demikian akan terbentuk budaya organisasi belajar (learning organization) dan belajar sepanjang hayat (long life education).
Pertanyaannya, apakah guru semudah itu mau berubah? Dari beberapa survei membuktikan bahwa guru tidak bisa dengan mudah begitu saja berubah. Banyak kendala mulai dari faktor usia, dukungan sarana peralatan, dan yang lebih menononjol adalah gagapnya guru dalam menguasai teknologi.
Banyak guru yang bila berhadapan dengan teknologi terutama sekali TIK akan alergi. Itulah sebabnya mengapa guru banyak yang TBC (Tak Bisa Computer) terutama sekali yang berdomisili dan mengajar di pedesaan. Guru yang Gaptek (Gagap Teknologi) akan menjadi permasalahan sendiri untuk dibenahi bersamaan dengan permasalahan pendidikan yang lainnya.
Kondisi ini akan membahayakan, bila dibiarkan atau diabaikan begitu saja oleh pemegang kebijakan. Untuk itu perlu ada kajian dan analisis yang mendasar dan mendalam tentang pengrekrutan calon guru di masa yang akan datang, antara lain harus memasukan indikator penguasaan TIK sebagai persyaratan kompetensi calon guru, termasuk juga calon kepala sekolah. Kebijakan yang tidak menyentuh permasalahan ini, akan berdampak kepada performance guru dihadapan peserta belajarnya.
Tuntutan agar guru mahir dan mampu menguasai TIK merupakan realita kehidupan nyata hari ini. Jika terlambat, peserta belajar akan menyanyi: Selamat tinggal guru TBC.***
Dr H Nurpit Junus MM,
Dosen SIM Pendidikan Pasca Sarjana Universitas Riau dan Politeknik Caltex Riau.Surce: Riaupos.com
saya mula1 menyembuhkan TBC pd dr saya..caranya : jg pernah bosan membuka komputer.tq