Apriadi, S.P (1974-2015):
Tokoh Mahasiswa di Balik Perjuangan Pemekaran Kabupaten Kuantan Singingi
-----------------
PERJUANGAN mahasiswa sebelum dan pasca pemekaran Kuantan Singingi tak bisa dilepaskan dari sosok pria yang satu ini. Ia adalah Ketua Ikatan Pemuda Mahasiswa Kuantan Singingi (IPMAKUSI) Pekanbaru pertama. Terpilih sebagai ketua IPMAKUSI Pekanbaru 1999.
Sebagai tokoh pemuda dan mahasiswa sosoknya dikenal jago lobi dan negosiator ulung. Ia adalah petarung sejati yang sulit mencari tandingannya hingga kini. IPMAKUSI yang dulu didirikan bersama sejumlah aktivis mahasiswa asal Kuantan Singingi nasibnya kini antara ada dan tiada.
Entah kenapa suara IPMAKUSI sekarang nyaris tidak terdengar mengkritisi pemerintah. Jangan ditanya kepada rumput yang bergoyang karena tak akan mampu menjawabnya.
------
SOSOK yang dimaksud adalah adalah Apriadi lahir di Desa Banjar Kecamatan Benai, 2 Januari 1974. Terlahir sebagai anak ketiga dari empat bersaudara dar pasangan Zainul Abidin dan Yusda Anida.
Salah seorang tokoh/ aktifis mahasiswa yang punya andil besar dalam memperjuangkan pemekaran Kabupaten Kuantan Singingi.
------
Setelah menamatkan SMA 5 Pekanbaru tahun 1993, Apriadi melanjutkan pendidikan di Universitas Riau. Tepatnya di Fakultas Pertanian: Jurusan Agronomi (1993 – 1999).
Selama mengikuti perkuliahan Apriadi aktif dalam dunia pergerakan seperti Senat Mahasiswa. Ia ikut melakukan sejumlah aksi/perjuangan menumbangkan pemerintahan Orde Baru tahun 1998.
Dalam pemilihan Ketua IPMAKUSI Pekanbaru pada 31 Mei 1999, ia berhasil menumbangkan alumnus Universitas Gadja Mada (UGM) Yogyakarta Mardianto.
Kekalahan Mardianto menjadi berita hangat warktu itu. Urdianto Paboun (Pekanbaru Pos/Mingguan Utusan) menulis: “Mahasiswa UNRI Tumbangkan Alumni UGM”. Sedangkan Reflizar (Media Riau) menulis: “Pulang Kampung, Alumni UGM Di-KO kan Mahasiswa UNRI.”
Mardianto yang dulu kata tim suksesnya Jang Itam sempat “merengguik” ketika ditumbangkan Apriadi pernah menjadi Anggota DPRD Riau dari Partai Amanat Nasional dari Daerah Pemilihan Kuantan Singingi dan Indragiri Hulu.
-------
BERSAMA IPMAKUSI, Apriadi ikut berjuang dalam pemekaran Kuantan Singingi sebagai kabupaten. Kendati namanya kini terlupa atau "sengaja" dilupakan dalam setiap HUT Kabupaten Kuantan Singingi, namun para sahabatnya mengenang Apriadi sosok mahasiswa yang gigih memperjuangkan pemekaran Kabupaten Kuantan Singingi.
Apriadi juga ikut menggerakan aksi demo bersama masyarakat kepada perusahaaan yang menyerobot tanah ulayat di Kuantan Singingi seperti PT. Duta Palma Nusantara di Benai, PT Tri Bakti Sarimas di Kecamatan Kuantan Mudik, dan lainnya.
Selama kuliah Apriadi juga ikut jualan kelapa bersama rekannya: Syariful Adnan alias Jang Itam dan M. Dunir (IAIN Susqa), dan Nardi T Rusman (UIR). Kelapa mereka beli di Tembilahan dan dijual di Jakarta.
Setamat kuliah di Universitas Riau, Apriadi berkerja di kantor DPRD Kuantan Singingi (2000 – 2003) sebagai tenaga honorer. Namun dia berhenti karena bukan di situ dunianya.
Kemudian Apriadi terjun ke partai politik tahun 2002. Tepatnya di Partai Patriot. Ia menjabat Ketua Umum DPC Partai Patriot Kabupaten Kuantan Singingi. Ia ikut menjadi caleg dari Partai Patriot tapi gagal.
Pada 2005 -2010 Apriadi bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kuantan Singingi. Ia bergabung bersama sahabatnya seperjuangan di IPMAKUSI, Sardiyono waktu itu menjabat sebagai Wakil Ketua DPC PPP Kuantan Singingi.
Kini Sardiyono adalah anggota DPRD Provinsi Riau dari PPP Dapil Kuantan Singingi dan Indragiri Hulu. 2010 Apriadi bergabung dengan Partai Demokrat yang didirikan oleh Soesilo Bambang Yudhoyono.
Selama terjun di dunia politik, Apriadi tiga kali mencalonkan diri menjadi calon legislatif (caleg) selalu gagal. Ikut caleg dari PP, PPP, dan Demokrat untuk DPRD Kuantan Singingi dari Dapil Kuantan 1: Kuantan Tengah, Sentajo Raya, dan Benai.
Apriadi juga aktif di organisasi kepemudaan dan olahraga seperti Pemuda Pancasila (PP), Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) di Kabupaten Kuantan Singingi.
Setelah gagal jadi caleg, Apriadi “banting” stir menekuni jual beli ternak: kerbau, sapi, dan kambing. Ternak tersebut dibeli kepada masyarakat dan dijual ke pasaran secara langsung. Ada juga yang diternakannya.
Apriadi meninggal dunia dalam usia 41 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru 2015. Penyakit Leukimia yang dideritanya selama 4 bulan sebelum ajal menjemputnya. Di kebumikan di Kampung Baru Sentajo. Kecamatan Sentajo Raya.
Dari pernikahannya dengan Herni Setiati (Guru SMA Negeri 1 Sentajo) tahun 2000, Apriadi mempunyai anak: Dirga Pratama Putra, Dwi Affiddah Malika Putri, Iftah Huda Putra, dan Shidqia Annaila Putri.
------------
DI MATA keluarga tercinta, Apriadi adalah sosok yang sangat baik, ramah kepada siapa saja, bertanggung jawab, tidak pemarah, dan taat dalam ibadah.
“Ayah selalu mengajarkan kepada kami untuk pandai menjaga diri, mandiri, dan melanjutkan pendidikan selagi ada kemauan. Ayah sosok penyayang dan penyabar,” ujar anak keduanya Dwi Alfiddah Malika Putri kini kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) Jurusan/ Prodi: Teknik Pertanian/ Teknologi Pangan.
Sementara itu Jang Itam sapaan akrab Syariful Adnan, sahabat sekaligus “musuh bebuyutan” Apriadi mengatakan, banyak kisah perjalanan hidupnya yang menarik selama bergaul dengan Apriadi. Baik selama kuliah, jualan kelapa maupun pergerakan mahasiswa.
“Ketika kami jualan kelapa untuk menyambung hidup, Apriadi itu langsung yang melakukan nego harga ke petani di Tembilahan. Setelah kelapa terkumpul, kelapa itu saya dan Dunir yang jual ke Jakarta,” ujar Jang Hitam yang sekarang jadi Ketua IKKS Kabupaten Palalawan.
Menurut Jang Itam jika ada penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi terhadap pejuang pemekaran Kuantan Singingi, Apriadi orang yang layak mendapatkan itu.
“Perjuangan jelas. Kami berjuang bersama perjuangan lainnya dengan tetesan darah, keringat, dan air mata. Sekarang banyak pejuang kesiangan. Dulu menerima surat undangan rapat pemekaran menolak, sekarang “oknum” itu dengan bangga mengatakan sayalah pejuang pemekaran Kuantan Singingi. Sejarah itu perlu diluruskan kembali,” sindir Jang Itam.
Dalam pandangan sahabatnya yuniornya: Amirul “Budi Pulau Dore” Mukminin menyebut Apriadi adalah sosok senior yang jago melakukan negosiasi dan lobi.
“Bang Apriadi seorang negosiator ulung. Jago melakukan lobi, percaya diri dan setia. Ia juga jahil terutama terhadap sahabat sekaligus musuh bebuyutan Jang Itam,” ujar Budi tersenyum.
Apriadi, jasadmu memang sudah pergi meninggalkan kami sahabatmu. Tapi perjuanganmu tak akan kami lupakan kendati terkadang orang sengaja melupakan jasa-jasamu.
Doa kami menyertaimu sahabat.*)
---------
Penulis; Maswito
Edisi Revisi
Share ulang: 3-12-2024