Pentingnya Memahami Muhammadiyah secara Mendalam dan komprehensif.
Oleh : Azhar Zubaedi ( sekretaris Majlis Tabligh PDM Pemalang )
Sebagai warga, kader atau bahkan Pimpinan persyarikatan penting untuk memahami secara mendalam tentang Muhammadiyah. Memahami Muhammadiyah secara mendalam berarti tahu tentang apa itu Muhammadiyah, Khithoh Muhammadoyah, MKCH Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah hingga Manhaj Muhammadiyah. Ketidaktahuan tentang itu semua menjadikan kita sebagai warga, kader, atau bahkan Pimpinan menjadi rapuh dan gampang terombang - ambing dalam Ber- Muhammadiyah, banyak diantara kita yang menjadi orang kagetan dan tak berdaya dalam sikap beragama menurut Muhammadiyah, seakan - akan Muhammadiyah melaksanakan ajaran agama Islam yang tidak bersumber pada Qur'an dan hadits ( tidak nyunah ).
Sehingga dalam hal ini tidak sedikit warga, kader, atau bahkan Pimpinan yang Klimpungan tidak berdaya pada saat berhadapan dengan paham lain yang sajian nya seakan kebih tegas kaya hitam putihnya kertas, hanya ada dua pilihan, yang satu berdasarkan Qur'an dan hadits yang lainnya tidak atau yang lainnya sesat maka tentu saja kita yang mendasari ber- Muhammadiyah tidak mendalam cenderung menafikkan / menyalahkan Muhammadiyah tidak kuat dasarnya bahkan dianggap tidak punya dasar, Muhammadiyah dianggap jauh dari Qur'an dan sunnah dsb.
Padahal kitanya sendiri yang tidak mendalami Muhammadiyah secara komprehensif. Maka dalam posisi ini tidak sedikit warga, kader atau bahkan Pimpinan Persyarikatan yang tak aadarkan diri kalau sikap tersebut sedang berbuat dholim terhadap Persyarikatan Muhammadiyah, karena menganggap Muhammadiyah tidak lagi sejalan dengan Qur'an dan hadits, padahal kitanya sendiri yang belum pernah membuka manhaj tarjih Muhammadiyah atau belum katam mempelajari Muhammadiyah sudah mengambil klongklusi terhadap Muhammadiyah.Mestinya bagi kita yang memahami Muhammadiyah secara benar insya Allah dan pasti akan menjadi warga, kader atau bahkan pimpinan persyarikatan yang tangguh dan tidak gampang terkoyak serta rapuh.
Sebagai contoh misal dalam pengamalan ibadah shalat tarawih, menurut HPT Muhammadiyah lebih cenderung memilih 4, 4, 3 ketimbang 2, 2, 2, 2, 3 atau 2, 2, 2, 2, 2, 1. atau pada saat melaksanakan gerakan shalat pada saat setelah i'tidal ke sujud, HPT menetapkan lutut kaki dulu, bukan telapak tangannya dulu dengan tidak menyalahkan ke yang lain, tetapi juga tidak sedikit bwat ga, kader atau bahkan Pimpinan Persyarikatan yang tidak mengikuti tarjih karena dianggap Muhammadiyah tidak sesuai sunah, padahal lagi - lagi mereka belum membuka HPT.
Maka dalam hal ini ketika warga, kader atau bahkan Pimpinan Persyarikatan yang tidak mau mendalami tentang manhaj Muhammadiyah pasti akan klimpungan dan bahkan tidak sedikit diantara kita yang mengikuti mereka dengan alasan Muhammadiyah tidak sesuai dengan sunah dsb. Padahal dianya sendiri yang tidak pernah membuka HPT atau jangan - jangan kepanjangan HPT saja tidak faham 🤣. Dia sebagai warga, kader atau bahkan Pimpinan Persyarikatan.
Sebenarnya secara logika bisa mengambil pendekatan yang sederhana bisa membantu kita lebih tangguh dalam mengamalkan ajaran agama menurut paham Muhammadiyah, masalnya dengan mengunci kalimat, "Muhammadiyah sebagai Persyarikatan yang bertujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar - benarnya yang bersumber pada Al-Qur'an dan Hadist shahihah.
Maka dalam hal ini bisa menjadi perisai kita, bahwa tidak mungkin Muhammadiyah yang besar dengan tujuan yang sangat mulia ini akan memilih amalan ibadah yang tidak bersumber pada Qur'an dan hadits, dan tidak mungkin pula Muhammadiyah yang punya tujuan sangat mulia ini tega akan menyesatkan dan menjerumuskan umatNya, selain itu sesuai manhaj Muhammadiyah yang bersumber pada Al-Qur'an dan Hadits Shahihah, pengujian dalilnya lewat Majlis Tarjih ( Forum berhimpunnya para pakar yang berkompeten).
Sehingga sepintar / sekaliber apapun keahliannya atau bahkan Ketua Umum PP Muhammadiyah sekalipun secara etika dalam Persyarikatan Muhammadiyah tidak benar pendapat atau pandangan pribadi mengatasnamakan kebijakan / keputusan organisasi, lebih - lebih dalam pengambilan penetapan pilihan amaliah ibadah dipastikan harus dari hasil putusan majlis Tarjih. Dan itulah yang menjadikan landasan keyakinan saya untuk ber- Muhammadiyah dengan segala Konskwensi logisnya. Wallahu'alam bishowab.
Posting Komentar
Komentar ya