*Ketika Bumi Bersujud, Kami Pun Kembali*
Karya: Aldian Syahmubara
Ya Allah,
di malam ketika langit Engkau turunkan tanpa jeda,
bumi kami bergetar memanggil nama-Mu,
kami terbangun bukan oleh petir,
melainkan oleh kesadaran
bahwa hidup ini rapuh di hadapan kehendak-Mu.
Aceh, ya Rabb,
negeri yang sejak lama Engkau tempa dengan kesabaran,
kini kembali Kau basahi dengan air ujian.
Rumah-rumah tenggelam dalam diam,
anak-anak menggigil memeluk doa yang belum selesai,
dan para ibu menatap langit
seakan bertanya dengan mata yang pasrah:
masih adakah fajar setelah ini?
Namun kami tahu, ya Allah,
tak ada satu tetes pun yang jatuh tanpa izin-Mu,
tak ada satu dinding yang roboh
tanpa hikmah yang Engkau sembunyikan.
Sumatra Utara bersujud dengan caranya sendiri,
lereng-lereng runtuh seperti sujud panjang,
jalan-jalan terputus
seolah mengajarkan bahwa
tak semua perjalanan harus dilanjutkan dengan tergesa.
Di sana, manusia saling memanggil nama,
bukan lagi jabatan, bukan pula harta,
melainkan persaudaraan
yang lahir dari kesadaran akan kematian.
Ya Rabb,
kami lihat tangan-tangan berlumur lumpur
namun bersih niatnya,
kami dengar takbir lirih
di tengah sirene dan isak,
dan kami paham,
di saat segalanya Kau ambil,
iman justru Engkau dekatkan.
Sumatra Barat, ya Allah,
tanah adat dan surau,
gunung-gunung menurunkan airnya
seperti tangisan panjang.
Sungai meluap membawa peringatan,
bahwa alam pun punya hak
untuk didengar jeritnya.
Sajadah basah bukan akhir ibadah,
karena zikir tak memerlukan lantai kering
untuk sampai ke hadirat-Mu.
Ampuni kami, ya Allah,
bila selama ini kami lebih sibuk membangun
tanpa menjaga,
mengambil tanpa menakar,
berdoa tanpa benar-benar taat.
Musibah ini bukan sekadar luka,
melainkan cermin
yang Engkau hadapkan tepat ke wajah kami.
Kami sadar, ya Rabb,
bumi ini amanah,
dan manusia hanyalah musafir
yang sering lupa tujuan pulang.
Jika Engkau hentakkan tanah,
itu agar kami berhenti,
jika Engkau limpahkan air,
itu agar kami membersihkan diri
dari kesombongan yang tak terasa.
Kuatkan mereka yang kehilangan, ya Allah,
yang rumahnya tinggal nama,
yang keluarganya tinggal doa.
Jadikan kesabaran mereka
seberat gunung yang tak runtuh oleh apa pun,
dan balas air mata mereka
dengan rahmat yang tak pernah kering.
Untuk Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat,
kami kirimkan doa yang tak terputus,
semoga dari reruntuhan
lahir kerendahan hati,
dari bencana
tumbuh kembali cinta kepada-Mu.
Karena ketika bumi bersujud
atas perintah-Mu,
tak ada pilihan bagi kami
selain kembali—
bersimpuh, bertobat,
dan berharap pada kasih-Mu
yang lebih luas dari segala musibah.
Aamiin.*(ald)

Posting Komentar
Komentar ya