Ada Allah Yang Mengatur Alam Semesta
Sering kali manusia menjalani hidup dengan membawa beban yang sebenarnya tidak harus ia pikul seorang diri. Ia merasa perlu mengatur segala hal, mengendalikan masa depan, memastikan semua berjalan sesuai kehendaknya. Pada saat yang sama, ia merasa cemas, gelisah, dan tidak tenang, seolah hidup berada di luar kendalinya. Padahal dalam berbagai situasi lain, kita mudah mempercayai sesuatu yang bahkan tidak kita kenal. Kita naik pesawat dengan penuh keyakinan, padahal kita tidak tahu siapa yang berada di balik kokpit. Kita berlayar di laut luas dengan perasaan damai, padahal kita tidak mengenal nahkodanya. Ini menunjukkan bahwa ketenangan sering kali bukan lahir dari apa yang kita ketahui, tetapi dari bagaimana kita mempercayai.
Lalu mengapa ketika berbicara tentang hidup, tentang perjalanan yang jauh lebih besar dari sebuah penerbangan atau pelayaran, kita menjadi begitu gelisah. Mengapa hati menjadi begitu ragu untuk pasrah dan percaya. Mungkin karena kita terlalu terbiasa merasa harus mengendalikan segalanya. Padahal hidup ini dikendalikan oleh Zat yang tidak pernah salah dalam mengatur, tidak pernah lengah, dan tidak pernah lelah menjaga. Ada paradoks indah tentang manusia: ia percaya pada manusia asing yang mengemudikan pesawat, tetapi sering lupa percaya pada Allah yang mengatur langit dan bumi. Dari sini, kita diajak untuk melihat bahwa kegelisahan hanyalah tanda bahwa hati sedang jauh dari sumber ketenangan sejati.
1. Hakikat Ketenangan dan Sumbernya
Ketenangan bukan sekadar tidak adanya masalah, tetapi keadaan batin yang mampu mempercayai bahwa segala sesuatu berada dalam genggaman yang benar. Dalam psikologi, kepercayaan adalah fondasi stabilitas emosi. Dan dalam spiritualitas, kepercayaan itu mencapai puncaknya ketika diarahkan kepada Allah. Jika kita bisa merasa aman dalam kendaraan yang dikendalikan manusia terbatas, maka logikanya hati manusia seharusnya lebih mampu menemukan ketentraman ketika menyadari bahwa seluruh hidup ini dipimpin oleh Yang Maha Mengatur dengan sempurna. Ketenangan lahir bukan dari keadaan, melainkan dari siapa yang menguasai keadaan.
2. Kebergantungan yang Salah Tempat
Banyak orang kehilangan ketenangan karena terlalu bergantung pada kemampuan dirinya sendiri. Mereka merasa harus mampu memprediksi hidup, memastikan semuanya berjalan sesuai rencana, dan berjuang melampaui batas. Kebergantungan yang salah ini membuat batin cepat letih. Ketika kita menyandarkan hidup pada sesuatu yang terbatas, maka batas itu akan menjadi batas ketenangan kita. Namun ketika hidup disandarkan kepada Allah, batas itu lenyap, karena yang memegang kendali adalah Zat yang tidak memiliki keterbatasan.
3. Kepercayaan yang Diajarkan oleh Hidup
Hidup sering memberikan pelajaran samar tentang bagaimana seharusnya kita mempercayai. Setiap hari kita duduk di kendaraan yang tidak kita kemudikan, memakan makanan dari tangan yang tidak kita kenal, dan menggunakan teknologi yang kita sendiri tidak pahami cara kerjanya. Semua itu kita lakukan dengan tenang. Pelajaran pentingnya adalah bahwa manusia sebenarnya mampu percaya, hanya saja ia sering lupa menaruh rasa percaya itu pada tempat yang paling pantas. Allah tidak meminta kita memahami seluruh takdir, hanya meminta kita tenang karena Ia yang menggenggamnya.
4. Penyerahan yang Membebaskan
Penyerahan diri bukan berarti pasrah tanpa usaha. Penyerahan diri adalah kemampuan memahami batas manusia dan keagungan Allah. Ketika seseorang mampu menyerahkan sesuatu yang tidak bisa ia kontrol, maka ia membebaskan dirinya dari beban yang melelahkan. Hati yang menyerah kepada Allah bukan hati yang lemah, tetapi hati yang cerdas. Ia mengetahui bahwa sebagian besar hidup berada di luar kendalinya, sehingga ia menaruh kepercayaan pada Pengendali yang tidak mungkin salah dalam mengatur alur hidup hamba-Nya. Inilah penyerahan yang membuat jiwa ringan.
5. Hidup sebagai Perjalanan Menuju Kesadaran
Hidup pada akhirnya adalah perjalanan yang mengajak manusia untuk bertumbuh dalam kesadaran. Saat kita menyadari siapa yang sebenarnya memegang kendali, maka kecemasan berubah menjadi ketenangan, dan ketakutan berubah menjadi kepercayaan. Dalam perjalanan spiritual, semakin kuat keyakinan bahwa Allah mengatur segalanya, semakin lapang dada menerima setiap perubahan. Hidup tidak lagi terasa menakutkan karena kita tahu siapa yang menahkodai perjalanan ini. Dan ketika kesadaran ini tumbuh, hati menemukan rumahnya.
Jika selama ini kamu bisa percaya kepada manusia asing yang mengendalikan perjalananmu, apa alasanmu untuk tidak lebih percaya kepada Allah yang mengendalikan seluruh hidupmu?
#motivation #inspiration #selfcare #religion

Posting Komentar
Komentar ya