Rasa Takutmu Kepada Allah dan Manusia. Ini Bedanya!
Rasa takut adalah salah satu dorongan paling kuat dalam diri manusia. Ia bisa mengangkat martabat, tetapi juga bisa meruntuhkannya. Yang membedakan bukanlah besar kecilnya rasa takut itu, melainkan kepada siapa ia diarahkan. Di sinilah letak persoalan batin manusia. Banyak orang tampak sibuk menjaga pandangan manusia, menakar kata dan sikap agar diterima, padahal tanpa sadar sedang mengorbankan kejujuran jiwanya sendiri.
Ketika rasa takut diarahkan kepada Allah, ia berubah menjadi kesadaran yang menenangkan. Takut ini bukan ketakutan yang melumpuhkan, melainkan rasa hormat yang membangunkan hati. Ia membuat seseorang berhati-hati dalam bersikap, jujur dalam niat, dan teguh dalam prinsip. Anehnya, justru dari keteguhan inilah lahir kewibawaan. Manusia menghormati orang yang tidak mudah goyah, yang tidak menjual nilai demi tepuk tangan. Rasa takut kepada Allah melahirkan keikhlasan, dan keikhlasan itu memancarkan ketenangan yang secara alami disenangi manusia.
Sebaliknya, rasa takut kepada manusia sering kali melahirkan kegelisahan. Ia membuat seseorang terus menoleh ke luar, sibuk menyesuaikan diri, dan kehilangan pusat dirinya. Dalam upaya menyenangkan semua orang, ia justru kehilangan wibawa. Secara psikologis, orang yang terlalu takut pada penilaian manusia mudah dibaca sebagai rapuh. Dan kerentanan yang tidak disertai keteguhan sering kali mengundang sikap meremehkan, meski tidak selalu diucapkan secara terang.
Dalam pandangan hidup yang lebih dalam, manusia cenderung menghormati mereka yang berdiri di atas nilai, bukan di atas opini. Orang yang hidupnya terikat pada pandangan manusia akan selalu tertinggal satu langkah, karena manusia berubah-ubah. Hari ini memuji, esok mencela. Namun orang yang hatinya terikat kepada Allah berjalan dengan arah yang jelas. Ia mungkin tidak selalu dipuji, tetapi ia jarang kehilangan harga diri.
Maka pertanyaannya bukan lagi tentang siapa yang harus kita takuti, melainkan siapa yang layak menjadi pusat hidup kita. Sebab di sanalah arah langkah ditentukan, di sanalah martabat dijaga, dan di sanalah ketenangan menemukan rumahnya.

Posting Komentar
Komentar ya