JANGAN SAMPAI DIRIMU MENJADI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH
bacalah, mungkin berguna
Ada seseorang yang melintasi hutan dan melihat seekor serigala tua yang lumpuh keempat kakinya. Serigala itu hidup berdiam di mulut sebuah gua. Meskipun lumpuh, namun tubuhnya tetap kuat dan sehat.
Orang ini ingin tahu bagaimana serigala itu bisa mempertahankan hidupnya dengan keempat kaki yang lumpuh. Dari kejauhan ia memperhatikan serigala itu sepanjang hari.
Tiba-tiba muncul seekor harimau datang membawa rusa hasil buruannya. Harimau itu menyantap sepuasnya, dan meninggalkan sisa makanan bagi sang serigala. Kemudian, serigala itu memakan sisa-sisa santapan harimau itu.
Keesokan harinya, harimau itu datang lagi dengan membawa kijang hasil buruannya. Sama seperti kemarin, harimau itu menyantap kijang sepuasnya dan meninggalkan sisa bagi serigala. Maka serigala pun mendapatkan makanan yang cukup.
Lelaki ini tersenyum dan mengagumi betapa kebaikan Tuhan yang begitu besar. Dalam hatinya ia berkata, Tuhan tidak akan menyia-nyiakan makhluknya.
Lebih lanjut ia mempunya rencana, "Kalau begitu, aku juga akan menganggur saja di rumah. Aku percaya sepenuhnya kepada Tuhan karena Tuhan akan mencukup segala kebutuhanku, sebagaimana yang Tuhan lakukan kepada serigala itu."
Lelaki itu pulang dan melakukan niatnya. Selama berhari-hari ia berdiam di rumah, tetapi tidak terjadi apa-apa. Malah perutnya semakin lapar. Ketika lelaki yang malang ini hampir mati, ia mendengar sebuah suara menggelegar dalam pendengarannya, "Hai engkau, orang yang sesat, bukalah matamu pada kebenaran! Ikutilah teladan harimau dan berhentilah meniru serigala yang lumpuh!"
(“Burung Berkicau”, Anthony de Mello SJ)
***
Di era keterbukaan informasi, tak ada yang bisa mencegah berita sampai ke telinga, tak ada yang dapat menghadang kabar tiba di pendengaran. Sehingga jika tidak memiliki CARA MENDENGAR YANG BENAR, maka telinga kita akan menjadi TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR BERITA DAN KABAR (TPABK).
Di zaman digital-visual, tak ada yang mampu menghalangi gambar terlihat mata, tak ada yang kuasa menutup adegan dilirik pandangan. Oleh karena itu jika tidak memiliki CARA MELIHAT DAN MELIRIK YANG BAIK, maka mata kita akan menjadi TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR GAMBAR DAN ADEGAN (TPAGA).
FAYATTABI’U AHSANAH, maka mengikuti yang paling baik, merupakan paradigma mendengar dan melihat yang disarankan Al-Qur’an. Memilah dan memilih YANG TERBAIK dari yang didengar dan dilihat akan banyak mendatangkan mashlahat bahkan menjadi salah satu sebab Allah memberikan petunjuk-Nya kepada kita.
“ Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal “ (QS 39:18)
***
Mari kita selalu berusaha mencari dan menemukan yang paling mashlahat dari setiap bentang peristiwa yang sampai ke telinga dan mata kita.
Mashlahat bagi diri, keluarga, lembaga, masyarakat maupun negara dan bangsa. Jangan sampai kita menjadi orang bodoh dan sesat karena selalu meniru srigala tua yang lumpuh keempat kakinya..
#copas
Posting Komentar
Komentar ya