ANAK PERLU DIGEMBLENG
SUPAYA MENJADI ORANG YANG KUAT
Dr. Handrawan Nadesul menulis
Beberapa kali saya menulis, kalau mudanya keras, tuanya lembut. Tapi kalau mudanya lembut, tuanya akan keras. Ini sudah hukum semesta.
Peter F Gontha mengutip pandangan Sheik Rashid pendiri Dubai. Roda pedati suatu negara akan berada di titik terendah bila generasi anak dibiarkan jadi orang lemah.
Masa sulit akan menciptakan orang kuat. Orang kuat akan menciptakan masa mudah. Tapi masa mudah akan menciptakan orang lemah. Dan orang lemah akan menciptakan masa sulit. Siklus itu akan berganti setelah roda pedati itu berputar 240 tahun. Amerika Serikat bisa menjadi contohnya kini, menuju kemunduran.
Membesarkan anak tidak boleh membuatnya keenakan. Tidak dibesarkan serba mulus, karena memang dibesarkan oleh orangtua yang berkecukupan. Makan enak, mobil mewah, tidak perlu ikut kerja keras. Selain rentan stres, anak yang dibesarkan mulus, berisiko tuanya jadi keras. Menghabiskan uang orangtua, hidup foya-foya menghambur-hamburkan secara berkelebihan. Bukan sedikit kita menyaksikan anak orang kaya, tuanya susah. Sebaliknya, banyak orang sukses tercipta karena kesusahan orangtuanya.
Dalam seminar Sekolah Menjadi Ibu yang lebih 10 tahun saya sampaikan di beberapa kota, kepada para ibu dan calon pengantin, saya bilang jangan manjakan anak dengan selalu mengabulkan permintaan yang tidak pantas mereka terima. Masih sekolah dikasih mainan mahal, mobil-motor mewah, pakaian branded, dibiasakan menghambur-hamburkan uang yang belum menjadi haknya. Anak yang mulus perjalanan masa mudanya, berisiko jadi orang lemah. Orang lemah menciptakan masa sulit.
Walaupun orangtua kecukupan, demi mendidik dan hari depan anak yang indah, tidak memberikan anak hidup yang serba berkelebihan, yang membuat hidupnya terlalu mulus. Anak juga perlu merasakan susah, perlu sedih, kecewa, putus asa, dan anak bisa menghargai setiap rupiah yang orangtua beri.
Orangtua yang bijak hanya memberikan kebutuhan sekolah anak, bukan kemauan anak apa saja. Kalau terbeli komputer dan buku dan semua keperluan sekolah, anak layak menerimanya. Kalau perlu kendaraan motor, bukan memberi motor mewah, apalagi mobil mewah. Bukan pula pakaian, sepatu, jam tangan, tas serba branded.
Untuk besok menjadi orang kaya, semua orang siap. Tapi tidak untuk menjadi orang susah. Anak perlu disiapkan hidup susah, karena mana tahu roda pedati hari depannya apa pasti selalu di atas. Hanya bila anak disiapkan pernah merasa di bawah, anak tidak bakal stres, dan menjadi kuat menghadapi masa sulitnya.
Kita melihat rata-rata orang sukses tercipta dari hidup yang sulit. Orangtua yang anaknya foya-foya, seringnya tidak berhasil sekolahnya.
Sekarang ini sekolah di Cina menayangkan video susahnya hidupdan perlu kerja keras bagi anak, supaya mereka tahu bahwa hidup tidak selamanya enak. Jiwa anak harus digembleng sehingga tertanam semangat tidak pernah puas.
Dalam konsep modernisasi diungkap, hanya bila bangsa punya semangat tidak pernah puas, tertanam mental need for achievement (n-Ach) yang tinggi. Bangsa Troya zaman dulu, contohnya. Bangsa yang unggul punya semangat juang tinggi. Itu berarti mereka yang berani berpeluh-peluh.
Hidup anak perlu diciptakan prihatin, walau orangtua berkecukupan. Pengalaman merasakan kalau hidup tidak selalu enak, bisa menjadi cambuk anak untuk kerja keras.
Bukankah kunci sukses itu kerja keras. Untuk sukses hidup kata Einstein, peran IQ kecil saja. Jauh lebih perlu mau berpeluh (perspiration), supaya siap setiap anak menjadi orang kuat. Orang kuat akan menciptakan masa yang mudah.
Salam bijak membesarkan anak..
Posting Komentar
Komentar ya