Photo ketika Pak Familus di Lantik menjadi Kepala SMAN Pintar dan Saya ketika menjadi Humas Tahun 2010
*Dr. Familus, S.Pd., M.Pd*
_Kepsek "PINTAR" Raih Gelar Doktor_
----------
INGAT FAMILUS…?
Perjuangan hidupnya yang mengharu biru pernah dimuat di group ini beberapa waktu lalu. Anak jati kelahiran Desa Koto Sentajo, Kecamatan Sentajo Raya, Kuantan Singingi, 2 Mei 1977, Kamis, 24 Agustus 2023 lalu meraih gelar DOKTOR dari Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang (PPS – UNP) Program Studi Ilmu Pendidikan Kosentrasi Pendidikan Matematika dan IPA. Ia dinyatakan lulus pada ujian terbuka desertasi dengan predikat *SANGAT MEMUASKAN.*
Milus – sapaan akrabnya berhasil mempertahankan desertasi yang berjudul _“Pengembangan Model Pendidikan Karakter Jujur di SMA Negeri Pintar Provinsi Riau.”_
Ia tampil percaya diri di depan tim penguji yang terdiri dari Prof. Genefri, P.Hd (Penyelia/Rektor), Prof. Dra. Yeni Rozamela, M.Si., C.EIA (Ketua/Direktur), Prof. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd., M.Sc (Wakil Ketua/Ketua Program Studi).
Selain itu ada Prof. Dr. Ellizar, M. Pd (Promotor), Prof. Dr. Mudjiran, M.S. Kons (Co Promotor), Prof. Dr. Firman (Penguji), Prof. Dr. Mega Isnari, M.Pd (Penguji), dan Prof. Dr. Zulfan Saam, M.S (Pengajar di luar UNP). _“Insya Allah, 24 September 2023 saya akan diwisuda,”_ ujarnya merendah. .
Menurut Milus, dirinya menyelesaikan gelar S-3 nya di antara kesibukan membagi tugas negara dengan tugas pribadi yakni kuliah dengan status izin belajar. Cukup panjang dan melelahkan.“Gelar ini saya persembahkan terutama untuk kedua orang tua saya yang sudah tiada. Termasuk kepada istri tercinta Yusnaila, S.E dan dua buah hati: Aisyah Titania Yusfa dan Farras Zikri Atha Yusfa yang kini meranjak dewasa,” jelasnya.
Milus masih ingat orang tuanya selalu berpesan, _“Tuntutlah ilmu nak selagi hayat masih di kandung badan untuk kemaslahatan umat.”_
Diakuinya, ketika menerima gelar doktor ini perasaan hatinya gundah gulana dan berkecamuk. Air matanya menetes membasahi kedua pipinya menahan rasa rindu kepada kedua orang tuanya (Nuraida dan Fahmi) serta neneknya Ino Oru dan Niniak Kawi yang telah tiada. Ibunya Nuraida meninggal dunia, ketika ia baru berumur empat tahun.
_“Ya Allah, gelar ini Milus persembahkan buat kalian: ayah, ibu, ino dan niniak. Impian kalian kini sudah Milus wujudkan. Milus kini sudah meraih gelar doktor. Terima kasih atas kasih sayangnya yang tiada batas untuk Milus.”_
-----
“LELAH boleh, menyerah jangan. Hidup itu harus diperjuangkan.” Itulah kira-kira prinsip hidupnya yang memang sudah ditempa sedari kecil. Itu pula yang membuatnya “dewasa sebelum waktunya.”
Banyak orang menjulukinya dengan Kepala Sekolah (Kepsek) PINTAR di sekolah (SMA) PINTAR? Gelar itu rasanya tak berlebihan. Dilihat dari kompetensi, prestasi, profesionalitas, nyali, loyalitas, dan kemampuannya, julukan itu memang pantas disematkan kepadanya.
Miluas adalah anak seorang pendidik (guru). Ayahnya Fahmi semasa masih hidup pernah mengajar di STM (kini SMK 1) Telukkuantan. Sebelum pensiun ayahnya mengajar di SMP 2 Telukkuantan. Alumni STM Telukkuantan angkatan 1980-1990-an pasti mengenal baik sosok Fahmi. Guru idola yang mengajar Matematika.
"Di tangan Bapak Fahmi, pelajaran Matematika itu terasa enteng." ujar Gusnadi Radin alumni STM Telukkuantan yang kini sukses sebagai pengusaha di Negara jiran Malaysia.
------
SETAMAT SMA tahun 1996, Milus melanjutkan kuliah di IKIP Padang. Di perguruan tinggi yang kini bernama UNP, ia mengambil Jurusan Pendidikan Kimia. Ia tamat tahun 2000 dengan predikat sangat memuaskan. Di UNP pula. Ia menyelesaikan Jenjang Strata Dua dan Tiga.
Karier Milus sebagai pendidik dimulainya dari guru honor di SMA 1 Benai (2004 -2005). Kemudian diangkat jadi PNS di SMA 1 Sentajo Raya (2005 -2011). Kemudian ia pindah ke Dinas Pendidikan Kabupaten Kuantan Singingi (2011). Dipercaya sebagai Kepala Seksi SLTP. Tahun 2012 sampai sekarang Milus diangkat menjadi Kepala SMA PINTAR.
Tak hanya mengantarkan siswanya berprestasi, Milus juga memberikan teladan kepada pendidik dan siswa di SMA PINTAR. Ia pernah meraih predikat Kepala Sekolah Terbaik Nasional. Hadiahnya visiting training ke Jepang dan Korea Selatan.
Tahun 2020 Milus terpilih secara aklamasi sebagai Ketua PGRI Kabupaten Kuantan Singingi periode 2020 - 2025. "Itu bukti pergaulan Milus yang melebihi usianya. Milus adalah potret guru masa kini dan masa depan. Pandai membawa diri, tidak sombong, dan memegang teguh adat," ujar Kepsek SMK Benai, tanpa maksud memuji Milus.
Sebagai mantan aktivis yang jujur, Milus konsisten dengan perjuangannya. Ia tidak mau dibujuk dengan materi. Benar-benar mencintai kebersamaan sesama orang Kuantan Singingi.
-----
CUKUP sulit mencari keseimbangan kehidupan antara kuliah dengan organisasi. Seringkali terjadi benturan. Sibuk di organisasi, urusan kuliah terbengkalai. Sebaliknya sibuk kuliah, organisasi pula terbengkalai.
Namun itu tidak terjadi pada diri Milus. Ia ternyata mampu menyeimbangkan kegiatan organisasi yang digelutinya dengan kuliahnya. Waktu kuliah S-1 di UNP (1996 -2000), ia melakoni kedua kehidupan itu dengan seimbang, sejalan dan saling mendukung.
Milus bergelut dibanyak organisasi kemahasiswaan. Ia pernah menjadi Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa dan Wakil Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa di IKIP Padang. Ia juga penggagas sekaligus Ketua Forum Komunikasi Mahasiswa Kuantan Singingi se-Indonesia.
Milus juga yang meng-inisiasi pendirian organisasi: Ikatan Pelajar Mahasiswa Kuantan Singingi (IPERMAKUSI) se-Sumatra Barat pada tahun 1999. Waktu itu ia melihat banyak pelajar dan mahasiswa asal Kuantan Singingi yang melanjutkan pendidikan di Sumateta Barat tapi tak punya wadah untuk bersatu. Timbul idenya bagaimana menyatukan pelajar dan mahasiswa yang tercerai berai itu dalam sebuah wadah organisasi.
Gayung bersambut, ternyata kawan-kawannya mendukung ide tersebut. Dibantu Nafaren, Martius, Alfion Hendra, Yudi Purwandi, Devi Armis, Eka Warnis, dan lainnya, Milus membentuk IPERMAKUSI. Mereka lalu menghimpun pelajar dan mahasiswa asal Kuantan Singingi yang kuliah di IKIP, Unand, UNES, ATIP, AKBP, STSI Padang Panjang dalam sebuah wadah. Milus didapuk jadi Ketua IPERMAKUSI didampingi Alpion Hendra (Sekretaris), Yudi Purwandi (Wakil Ketua), dan Hasmuniarti (Bendahara).
Organisasi ini dibina akademisi dan intelektual asal Kuantan Singingi yang sudah lama tinggal di Padang. Sebut saja Prof. Dr. Ir. Asdi Agustar, M.Sc. (Unand) asal Inuman, Prof. Dr. Emriadi (sekarang Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (Unand) asal Seberang Taluk – Kuantan Tengah). Ada juga Dr. Sukanda Husin, LLM (Unand) asal Mudik Ulo - Hulu Kuantan), Dr. Hasanuddin. M.Hum (IKIP), H. Darmawan asal Kari - Kuantan Tengah, Yusmadi asal Teratak Air Hitam – Benai, dan Dr. Almasri asal Cerenti.
Sebagai organisasi yang berdiri disaat pergolakan reformasi mahasiswa tahun 1999, Milus dan kawan-kawan juga turun ke jalan bersama mahasiswa lainnya dari berbagai penjuru Indonesia di kota Padang dan berbagai kota lainnya di Sumatera Barat. Sebut saja Bukit Tinggi, Padang Panjang, dan lainnya.
Dalam setiap aksinya, Milus memang berkeinginan untuk mengedepankan aksi yang bersifat dialogis. Tapi keadaan waktu itu yang “memaksa” mahasisawa turun ke jalan. Dalam pandangan Milus, aksi dialogis lebih elegan dibandingkan aksi turun ke jalan yang terkadang sering brutal dan tak terkendali. Namun apadaya, semangat reformasi turun ke jalan lagi ngetren kala itu.
Kepemimpinan Milus benar-benar diuji dalam setiap aksi demo. Ia harus mengorganisir ratusan orang anggotanya yang tersebar di pelbagai perguruan tinggi di Sumatera Barat bergabung bersama mahasiswa lainnya. Kepiawaiannya dalam mengorganisir aksi demo itulah menjadikan Milus sosok yang dihormati, disegani, dan dicintai.
Milus muncul menjadi sosok idola dan panutan dikalangan aktivis mahasiswa. Didukung pembawaannya yang tenang, low prifile, santun, sopan, dan bersahaja. Banyak di antara aktivis cewek (perempuan) yang jatuh hati kepadanya. Konon kabarnya ada yang tergila-gila. Ahaa... cinta buta ni ye…!
Inilah yang membuat teman-temannya salut dengan Milus. Kuliah di Jurusan Kimia IKIP Padang diselesaikannya tepat waktu selama empat tahun. Jarang aktivis yang selesai secepat itu, Milus adalah pengecualiannya.
Milus ingat pesan ayahnya Fahmi dan Ino Oru-nya ketika melepas keberangkatannya ke Padang untuk kuliah. "Milus.., abangmu (Fahrisal – Kini Wakil Kepala SMA Benai) juga kuliah di Unri, Pekanbaru. Adik-adikmu juga butuh biaya untuk sekolah. Milus harus selesai kuliah tepat pada waktunya," begitu pesan ayahnya.
Ayahnya tidak melarang Milus jadi aktivis. Namun, ayahnya ingin melihat anaknya bisa selesai tepat pada waktunya. Syukur-syukur lebih cepat dari waktunya. Pesan itulah yang selalu diingat Milus. Dan, itu pula yang memotivasinya menyelesaikan kuliah tepat pada waktunya.
Sebagai aktivis, semasa kuliah Milus juga peduli dengan nasib kampung halamannya (Kuantan Singingi). Fokus utama perhatiannya adalah tanah ulayat yang dirampas oleh pelbagai perusahaan yang beroperasi di kampung halamannya.
Milus pernah mengorganisIr masyarakat Benai demo ke PT Duta Palma Nusantara (DPN) tahun 2000 di Sungai Kukok. Bersama masyarkat Lubuk Ramo, Kuantan Mudik, ia juga ikut memperjuangkan perebutan kembali tanah ulayat yang dikuasai oleh PT Tribakti Sarimas (TBS).
Usai demo PT DPN itulah dirinya dan kawan-kawan diajak "damai" oleh bos perusahaan Surya Darmadi. Dan perundingan “damai" itu di sebuah tempat di luar Provinsi Riau.“Tak usahlah saya sebut di mana lokasinya. Lagian sudah berlalu,” katanya memberi alasan.
Surya Darmadi yang sudah ditahan dalam kasus lahan bersama mantan salah seorang Bupati di Riau pernah menjanjikan “pulus” tak terhingga kepada Milus dan kawan-kawan. Namun ada catatan yang harus dilakukan, demo harus dihentikan. Mereka tidak bergeming. Surya Darmadi kecewa. Lalu diperlihatkannya sederetan nama siapa saja yang menerima "sagu hati" dari perusahaan yang bergerak dalam perkebunan sawit itu. Entah benar atau tidak, ia tahu orang-orang yang ada dalam daftar nama itu sebagian besar dikenalnya dengan baik.
Milus tak goyah. Ia tolak halus sagu hati perdamaian itu. "Saya hanya menjaga marwah dan harga diri saya sebagai pribadi dan mahasiswa yang dipercaya sebagai Ketua IPERMAKUSI. Saya tak mau harga diri saya tergadai karena persoalan remeh temeh seperti itu." katanya memberi alasan.
Sikap tegas Milus itu mendapat acungan jempol kawan-kawan seperjuangannya. "Saya tak bisa membayangkan jika itu terjadi dikalangan mahasiwa saat ini," ujar Arman yang juga seorang aktivis mahasiswa saat kuliah di Jakarta.
-----
DALAM perjuangan pemekaran Kuantan Singingi, IPERMAKUSI yang dipimpin Milus juga ikut berperan. Namun mungkin tak sebesar peran Ikatan Pemuda Mahasiswa Kuantan Singingi (IPMAKUSI) Pekanbaru, Riau yang dipimpin Apriadi. Sebab, locus perjuangan mereka berbeda. Perjuangan pemekaran Kuantan Singingi itu lebih terfokus di Pekanbaru. Namun bukan berarti kami pelajar dan mahasiswa di Sumatera Barat tidak peduli.
Menurut Milus, kurun waktu 1999 - 2000 IPERMAKUSI yang dinakhodainya sering kali melakukan audiensi dengan Pemerintah Kuatan Singingi. Mereka juga ikut Seminar dan Musyawarah Besar yang digelar di Telukkuantan tahun 1999.
Kini di samping kesibukannya menjadi pendidik, Milus tengah hobi melakukan penelitian. Fokusnya adalah situs cagar budaya dan adat istiadat yang terdapat di Kuantan Singingi. Seringkali ia turun ke lapangan dengan biaya pribadi melakukan penelitian. Sayang katanya di Kuantan Singingi belum ada Tim Ahli Cagar Budaya (TACB).
Jurusan kimia waktu kuliah ikut mempengaruhi hobi barunya itu sebagai peneliti. _“Di setiap situs itu ada senyawa-senyawa yang bisa diteliti_ _sebagaimana yang terdapat dalam ilmu kimia yang saya pelajari dibangku kuliah,"_ ujarnya tersenyum.
Selamat ya Milus. Semoga perjalanan panjang meraih gelar doctor itu bisa menjadi teladan bagi generasi muda Kuantan Singingi, terkhusus kalangan pendidik. *)
*****
Penulis: _Sahabat Jang Itam dan Tim_
Share: *Forum IKKS/IWAKUSI INDONESIA*
25-08-2023
Posting Komentar
Komentar ya