SILATURRAHMI DALAM MEMELIHARA ADAT ISTIADAT KENEGERIAN SENTAJO DI KOTO SENTAJO
Oleh : Nafriandi
Kenegerian Sentajo yang terdiri dari 5 (lima) Desa yaitu Pulau komang, Muaro, Koto, Kampung Baru dan Pulau kopung Sentajo, Adat Istiadat dikenegerisan Sentajo sampai saat ini masih tetap eksis walaupun harus menyesuaikan dengan kamajuan zaman, warisan leluhur masih tetap terjaga terutama hubungan kekerabatan antar masyarakatanya.
Hal tersebut terbukti dengan berkumpulnya masyarakat kenegerian Sentajo disalah satu desa di kenegerian tersebut yaitu di desa Koto Sentajo, dimana tahun 2012 yang lalu desa Koto sentajo ditetapkan sebagai ibukota Kecamatan Sentajo Raya dan sebelumnya desa tersebut telah ditetapkan sebagai desa Wisata di Kabupaten Kuantan Singingi, didesa wisata tersebut pulalah tempat pertemuan masyarakat kenegerian Sentajo berkumpul untuk menjalin silahturahmi dalam bingkai adat yang merupakan warisan dari leluhur kita.
Bukti sejarah untuk menjaga disilahturahmi dalam lingkungan adat kenegerian Sentajo di desa Koto Sentajo adalah Rumah Godang dan Sosoran Pondam Pandekar tuah. Kedua tempat inilah yang menjadi pusat kegiatan masyarakat kenegeriaan Sentajo pada hari raya ke 2 (dua) Setiap Idul Fitri. Pada sudut desa tepatnya dipinggiran danau berdiri sebuah mesjid yaitu mesjid Raudhatul Jannah, masyarakat tempatan menyebut mesjid tersebut dengan dengan nama Mansojid Usang. Konon kabarnya mesjid tersebut dibangun pada tahun 1838.
Koto sentajo dijadikan tempat berkumpul masyarakat dikenegerian Sentajo dari dulu dan terus barlangsung sampai saat ini, berkumpulnya masyarakat kenegerian Sentajo didesa itu dikerenakan disanalah berdirinya Rumah Godang sebanyak 24 (dua puluh empat) unit, masing-masing unit rumah menampung sekitar 125 – 150 orang, Seluruh Rumah Godang tersebut menaungi 4 rumpun besar masyarakat kenegerian Sentajo, dimana masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Suku yaitu suku Paliang, Caniago, Melayu dan Patopang.
Pertemuan di Rumah Godang masing-masing suku dilakukan oleh satu suku saja yaitu dari keturunan Mondek, dikenegerian tersebut apabila 1 (satu) mondek berarti sesuku dan Bapak bisanya berada pada Rumah Godang keturunan mereka bersama para saudaranya yang satu keturunan temasuk para kamanakan, Kamanakan bapak adalah anak dari adik dan kakak perempuannya. Isteri yang berbeda suku dengan suaminya menjelang siang biasanya sudah terlebih dahulu mengantarkan siya kerumah godang suaminya.
Siya yang diantarkan kerumah Godang Suaminya tersebut biasanya diisi dengan nasi, lauk pauk dan kue lebaran. Jadi setiap Rumah Godang tidak perlu lagi memasak untuk persiapan pertemuan adat tersebut, karena masing-masing yang ke rumah Godang pasti telah membawa makanan (oleh perempuan) untuk acara tersebut, masakan yang biasanya disediakan oleh penghuni dirumah Godang hanya sekedar tambahan yang akan dimakan yaitu Gulai Cubodak dan Puluik Tungkui.
Rangkaian acara adat 2 Syawal dikenegerian Sentajo
Setiap tanggal 2 Syawal rangkaian acara adat di kenegerian Sentajo rutin dilaksanakan, dimana pertemuan tersebut dimulai selesai sholat zuhur, namun sebelum acara adat tersebut dimulai saat pagi menjelang siang sebagian masyarakat kenegerian Sentajo melakukan ziarah ke pemakaman sanak saudara yang telah meninggal.
Acara adat di rumah Godang dilaksanakan tujuanya adalah untuk menjalin silahturahmi antar suku masing-masing rumpun dan kerena setelah sebulan berpuasa saat hari raya tiba kita disunatkan saling berkunjung dan bersilahturahmi sesama kerabat dan keluarga. Karana aktifitas dan kesibukan masing-masing terkadang membuat kita tidak sempat mengunjungi sanak saudara satu persatu, maka di rumah godang tersebutlah dijadikan sebagai pengganti kunjungan yang mungkin tidak dapat dilakukan ke rumah karib kerabat dan para saudara serumpun tersebut.
Pada acara tersebut kita akan bertemu dengan sanak saudara baik yang berdomisili di kenegerian Sentajo dan juga sanak saudara yang sengaja pulang dari perantauan. Sanak saudara dari peratauan apabila pulang kampung disaat hari raya tersebut kalau tidak ke rumah godang, rasanya kurang afdhol, kerana anak jati diri sentajo sudah terbiasa dengan adat istiadat tersebut, sehingga kerinduan ke rumah godang sudah sudah terpatri dan menjadi tradisi yang selalu dilaksanakan.
Mengapa di rumah godang waktu dan tempat paling tepat untuk bersilahturahmi? Karena mulai kita menginjakkan kaki masuk di desa wisata Koto sentajo, menjelang sampai ke rumah Godang sambil berjalan kita bisa bertemu dengan teman-teman sepermain, teman sekolah dan karib kerabat masa kecil, satu suku maupun beda suku dengan kita akan kita jumpai di desa tersebut, yang dari perentauan maupun yang berdomisili di kenegerian Sentajo dan sekitarnya, sangat indah dan menabjubkan.
Saat pertemuan di rumah Godang silahturahmi antar rumpun satu suku biasanya selama ± 2 Jam, sebelum acara penting adat dilakukan pertemuan diawali dengan makan bersama, dimana makan bersama tersebut mangkok berisi nasi yang ada tidak disediakan sendok, langsung menggunakan lima jari untuk mengambil nasi tersebut, setelah acara makan selesai barulah dimulai acara inti adat yang pada akhir acara nanti ditutup dengan do’a serta bersalam-salaman. Hal-hal yang disampaikan sebelum penutupan adalah sebagai berikut :
1. Pesan-pesan kepada anak cucu kamanakan tentang adat istiadat kenegerian Sentajo.
Pesan-pesan tersebut biasanya disampaikan olah ninik mamak dari masing-masing suku kepada anak cucu kamanakan nya, dimana pesan berisikan pesan moral dalam menjaga hubungan kemasyarakatan, terutama dalam hal kenakalan remaja dan menjaga adat istiadat.
2. Pemeliharaan rumah Godang
Rumah godang yang merupakan warisan nenek moyang tetap dijaga kelestariannya, walaupun harus beriringan dengan kemajuan zaman, sehingga pada saat pertemuan itu dimintakan sumbangan batasan minimal (kemampuan terendah), jika ada saudara yang berpenghasilan lebih akan menyumbang lebih besar dan bagi yang tidak mampu biasanya tidaklah akan jadi masalah dalam hal sumbangan tersebut. Hasil dari pengumpulan dana akan digunakan untuk pemeliharaan rumah godang masing-masing suku
3. Hal-hal penting lainnya
Hal-hal penting lain biasanya di bicarakan seperti informasi tentang pendidikan dan pekerjaan, dan disamping itu ada juga informasi orang dari luar lingkungan adat kenegerian Sentajo ikut bainduak pada suku. Bainduak biasanya dilakukan dalam proses adat kenegerian Sentajo, syahnya orang yang bainduak pada suku tertentu dengan melakukan pemotongan kambing yang disediakan oleh orang Bainduak tersebut. Pada acara tersebutlah orang yang bainduak tersebut diperkenalkan pada sanak saudara suku bersangkutan.
Pemotongan kambing orang bainduak biasanya dilakukan sebelum acara silahturahmi adat di rumah godang berlangsung. Daging kambing tersebut dimanfaatkan untuk menambah lauk pauk dalam bentuk gulai untuk makan siang di rumah godang, apabila seseorang telah memotong kambing dan diperkenalkan dalam acara adat di rumah godang maka syahlah orang tersebut masuk pada suku yang diinginkannya.
Setelah acara selesai di rumah godang, masyarakat berkesempatan untuk melihat tontonan permainan silat pandekar batuah di sosoran pondam, lokasinya tidak jauh dari lingkungan rumah godang Koto Sentajo, silat biasanya dimulai sejak jam 14.00 WIB selesai sekitar jam 17.00 WIB. Kegiatan di Sosoran tersebut juga dilaksanakan setiap malam selama bulan suci ramadhan selesai sholat tarawih dan witir dan puncaknya adalah siang hari pada tanggal 2 Syawal, kemeriahan silat akan terlihat pada acara puncaknya, karena pada saat itu masyarakat kenegerian Sentajo berkumpul didesa tersebut.
Kita berharap semoga adat istiadat di kenegerian Sentajo tetap terjaga keberadaannya terutama bangunan-bangunan peninggalan leluhur, sehingga rumah godang dan sosoran menjadi perekat dan pengikat dalam menjalin silahturahmi untuk menguatkan persatuan dan kesatuan di kenegerian Sentajo khususnya dan Kuantan Singingi pada umumnya.
Adat istiadat dikenegerian Sentajo patut kita tumbuh kembangkan, karena itu merupakan kekayaan khasanah budaya yang masih ada dan hendaknya akan tetap terpelihara oleh kita bersama, kita sebagai masyarakat yang berasal dari kenegerian tersebut harus bangga dengan adat istiadat yang kita miliki. Penulis baharap kepada masyarakat yang berasal dari Sentajo yang baik berdomisili di kenegerian tersebut maupun diperantauan, mari bersama-sama kita ramaikan rumah godang setiap tahunnya yaitu lebaran kedua tepatnya setiap tanggal 2 Syawal.
Rumah Godang = Rumah besar warisan nenek moyang
Mondek = Ibu
Siya = Rantang
Kamanakan = Keponaan
Cubodak = Cempedak (Nangka dalam pelaksanaanya)
Puluik Tungkui = Pulut atau Ketan yang dibungkus daun pisang
Sosoran = Lapangan Bermain Silat
Bainduak = Mengangkat Ibu (Masuk Suku)
Posting Komentar
Komentar ya